// GP Herry Saputro | Entrepreneur – Author – Provokator Mind

2026: Saat Kepercayaan Jadi Mata Uang Baru Bisnis

October 31, 2025

Share:

Dunia bisnis Indonesia tengah melaju ke babak baru.
Jika dulu kesuksesan bisa dicapai dengan ketekunan dan kerja keras, kini medan persaingan berubah menjadi ajang adu kecepatan dan kredibilitas.
Bisnis bukan lagi tentang siapa yang paling rajin, tapi siapa yang paling diakui.

“Produk bagus itu penting, tapi tidak cukup,” ujar GP Herry Saputro, pendiri GP Talk dan penggagas berbagai ajang penghargaan bergengsi di Asia.
“Yang menentukan di 2026 adalah bagaimana publik melihat Anda — apakah mereka percaya, menghargai, dan mengingat nama Anda.”

Kekuatan Baru: Kepercayaan Publik

Perekonomian Indonesia mungkin masih stabil di kisaran pertumbuhan lima persen, namun di balik optimisme itu, ada kenyataan lain: daya beli masyarakat menurun, dan konsumen semakin hati-hati.
Di era seperti ini, keputusan membeli tidak lagi berdasarkan harga, melainkan rasa percaya.

“Ketika ekonomi melambat, orang cenderung memilih yang aman,” jelas Herry.
“Mereka mencari merek yang punya rekam jejak, yang pernah mendapat penghargaan atau tampil di media kredibel. Itu memberikan rasa tenang — rasa bahwa mereka tidak salah memilih.”

Pesaing Tak Lagi di Sebelah, Tapi di Seluruh Dunia

Persaingan kini lintas batas dan waktu.
Brand lokal di Bandung harus bersaing dengan merek Vietnam yang masuk lewat iklan digital.
Restoran di Bali berhadapan dengan franchise Thailand yang viral di media sosial.
Aplikasi startup asal Jogja bisa kalah cepat oleh perusahaan Singapura yang paham algoritma promosi global.

“Kompetitor Anda sekarang bisa datang dari mana saja,” kata Herry.
“Mereka mungkin tidak berada di kota yang sama, tapi mereka ada di layar yang sama.”

Dalam situasi seperti itu, reputasi menjadi pelindung paling kuat.
Produk bisa ditiru, tapi kepercayaan tidak bisa dicopy-paste.

Promosi Bukan Lagi Soal Jualan, Tapi Legitimasi

Banyak pengusaha masih melihat promosi sebagai beban biaya.
Padahal, di 2026, promosi adalah bentuk investasi reputasi.
“Promosi yang tepat tidak hanya meningkatkan penjualan, tapi juga membangun kredibilitas jangka panjang,” tegas Herry.

Ia menyebut ada tiga pilar utama dalam membangun pengakuan publik yang berkelanjutan:

1. Penghargaan (Award Recognition)

Satu penghargaan kredibel bisa menjadi pembeda yang kuat di mata publik.
“Penghargaan adalah bentuk validasi sosial. Itu bukti bahwa apa yang kita kerjakan diakui secara profesional.”

2. Publikasi di Media (Media Exposure)

Media adalah alat pembentuk persepsi.
Ketika sebuah nama muncul di media terpercaya, publik melihatnya sebagai figur yang layak dipercaya.
“Begitu Anda diberitakan media profesional, posisi Anda naik dari sekadar pelaku bisnis menjadi sumber kepercayaan.”

3. Karya Tulis (Personal Authority)

“Buku adalah puncak dari personal branding,” tutur Herry.
“Menulis menunjukkan bahwa Anda tidak hanya berbisnis, tapi juga berpikir dan memimpin gagasan.”
Di tengah arus konten cepat, karya tulis adalah simbol otoritas dan kedalaman intelektual.

Tampil atau Tenggelam

Herry menyayangkan banyak pengusaha hebat yang memilih berdiam di balik layar.
“Mereka punya produk bagus, tim solid, dan nilai yang luar biasa. Tapi publik tidak tahu. Karena mereka tidak tampil.”

Padahal, menurutnya, dunia bisnis modern menuntut keterlihatan.
“Kalau Anda tidak menceritakan kisah brand Anda, orang lain akan melakukannya — dan belum tentu sesuai kenyataan.”

Panggung untuk tampil kini terbuka luas: ajang penghargaan, artikel media, hingga buku biografi inspiratif.
Semua itu saling melengkapi dalam membangun reputasi.

2026: Tahun Pengakuan, Bukan Sekadar Penjualan

Herry menutup dengan refleksi tajam:
“Tahun 2026 adalah tahun pengakuan. Tahun di mana yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling dipercaya.”

Menurutnya, dunia bisnis akan berpihak pada mereka yang berani tampil dengan integritas dan kualitas yang nyata.
“Kerja keras memberi hasil. Tapi pengakuan memberi warisan. Pastikan Anda tidak hanya sukses — tapi juga diingat.”