Jakarta — Dalam upaya menjawab tantangan perubahan iklim global dan kebutuhan akan perumahan yang layak, Jepang menawarkan konsep pembangunan perumahan, gedung, dan kota berkelanjutan untuk mendukung agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang, Rachmat Gobel, menjelaskan bahwa Jepang tidak hanya membawa teknologi mutakhir, tetapi juga filosofi “Japan Technology and Japan Quality,” yang siap diterapkan dalam pembangunan tiga juta rumah rakyat pada tahun 2025.
Pada seminar bertajuk “Sustainable Housing, Building and Cities in Indonesia” yang diadakan pada 14-15 Januari 2025 di Hotel Fairmont Jakarta, Gobel menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi bagian penting dari kemitraan strategis antara kedua negara. Seminar ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi, serta perwakilan lembaga internasional seperti OECD, ERIA, dan JUBA. Kehadiran Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mempertegas komitmen Jepang terhadap program-program prioritas Indonesia.
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Ishiba menegaskan bahwa Jepang mendukung penuh berbagai program pemerintahan Prabowo, mulai dari industrialisasi, hilirisasi, hingga penyediaan perumahan rakyat yang berkualitas. Dukungan ini selaras dengan visi keberlanjutan global dan menunjukkan keseriusan Jepang dalam memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan Indonesia.
Wakil Menteri Fahri Hamzah menyoroti pentingnya pembangunan perumahan yang tidak hanya fokus pada kuantitas tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan sosial. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara, termasuk Jepang, Qatar, dan Uni Emirat Arab, untuk mendukung proyek ambisius ini. Jepang sendiri membawa teknologi hijau yang terbukti mampu menciptakan lingkungan pemukiman yang sehat, efisien, dan berkelanjutan.
Rachmat Gobel mengingatkan bahwa proyek pembangunan tiga juta rumah rakyat ini harus memperhatikan berbagai aspek krusial, seperti lokasi pembangunan yang ramah lingkungan. Ia menekankan pentingnya menghindari pembangunan di lahan produktif, kawasan hijau, atau wilayah pesisir yang memiliki nilai ekologis tinggi. Selain itu, ia juga mendorong penerapan teknologi konstruksi yang ramah lingkungan, tahan lama, dan aman.
Saat ini, tantangan besar yang dihadapi pemerintah adalah masih tingginya jumlah penduduk yang belum memiliki rumah layak huni. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 15,21% rumah tangga Indonesia belum memiliki hunian tetap, yang setara dengan lebih dari 10 juta keluarga. Namun, menurut Real Estate Indonesia (REI), angka tersebut bahkan bisa mencapai 25 juta keluarga. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp35 triliun untuk mendukung program ini, tetapi jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk mencapai target pembangunan tiga juta rumah.
Gobel menegaskan bahwa rumah adalah fondasi utama bagi keluarga dan masyarakat. Menurutnya, keberhasilan program ini akan berdampak langsung pada pembentukan “Keluarga Emas,” yang menjadi dasar bagi visi “Indonesia Emas.” Ia menyebut bahwa tanpa keluarga yang sejahtera dan memiliki hunian layak, kemajuan bangsa akan sulit dicapai.
Dalam penutupannya, Gobel menyatakan bahwa dukungan dari Jepang menjadi langkah strategis yang patut diapresiasi. Jepang telah membuktikan dirinya sebagai mitra yang setia dan mampu memberikan solusi konkret dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan mitra internasional, ia optimistis bahwa program pembangunan ini dapat menjadi tonggak penting bagi kemajuan bangsa.