Libur Nataru 2025: Mesin Ekonomi Baru dengan Potensi Perputaran Uang Rp100 Triliun

Share:

Masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 diproyeksikan menjadi salah satu momen pendorong ekonomi terbesar di penghujung tahun. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melaporkan bahwa perputaran uang selama periode ini diperkirakan akan mencapai kisaran Rp91,302 triliun hingga Rp100 triliun. Prediksi ini tak lepas dari lonjakan jumlah pemudik dan wisatawan domestik yang terus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Wakil Ketua Kadin Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menyatakan bahwa meskipun daya beli masyarakat saat ini mengalami tekanan, hal tersebut tidak menyurutkan keinginan mereka untuk melakukan perjalanan. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah pemudik tahun ini diperkirakan mencapai 110,67 juta orang, naik 3,67 persen dari 2023. Angka ini setara dengan sekitar 27,6 juta keluarga yang akan melakukan perjalanan selama libur Nataru.

Sarman menjelaskan bahwa berdasarkan asumsi rata-rata setiap keluarga membawa uang sebesar Rp3,3 juta untuk kebutuhan perjalanan dan liburan, perputaran uang selama periode ini akan mencapai angka yang sangat signifikan. Dengan tingginya antusiasme masyarakat untuk mudik, Sarman optimistis angka ini bisa mendekati Rp100 triliun, terutama jika tren pengeluaran meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang rata-rata berada di angka Rp3 juta per keluarga.

Lonjakan perputaran uang ini diperkirakan tidak hanya terkonsentrasi di kawasan perkotaan, tetapi juga menjangkau daerah-daerah tujuan mudik. Aktivitas ekonomi yang meningkat secara merata akan memberikan dampak positif pada sektor pariwisata, mulai dari hotel, vila, restoran, kafe, hingga pedagang kecil yang tersebar di berbagai objek wisata. Tak hanya itu, sektor transportasi juga diproyeksikan mendapatkan keuntungan besar. Peningkatan aktivitas angkutan udara, kereta api, bus, hingga jasa angkutan daring akan menjadi salah satu kontributor utama dalam perputaran uang ini.

Selain pariwisata dan transportasi, sektor-sektor lain seperti pengiriman barang, pembuatan parsel Natal, hingga toko-toko grosir dan swalayan juga diperkirakan mengalami peningkatan aktivitas yang signifikan. Sarman menilai bahwa momen liburan ini memberikan peluang besar bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan pendapatan mereka, terutama melalui produk-produk khas daerah dan oleh-oleh lokal yang menjadi favorit masyarakat.

Momentum Libur Nataru tidak hanya mencerminkan tradisi masyarakat Indonesia yang kuat, tetapi juga menjadi salah satu indikator penting bagi stabilitas ekonomi nasional. Lonjakan aktivitas ekonomi di berbagai sektor selama periode ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sekaligus menciptakan peluang usaha baru bagi pelaku bisnis di berbagai daerah. Dengan optimisme ini, Libur Nataru menjadi lebih dari sekadar perayaan akhir tahun, melainkan mesin penggerak ekonomi yang strategis bagi Indonesia.