Singapura — Empat lembaga asal Singapura masuk dalam daftar 20 lembaga filantropi institusional terbesar di Asia versi Bridgespan, menegaskan peran strategis negara tersebut dalam mendorong pendanaan sosial yang terstruktur dan berkelanjutan.
Di posisi teratas Asia, Tote Board mencatat rata-rata donasi sebesar US$357 juta per tahun selama periode 2019–2023. Dana tersebut berasal dari pendapatan permainan melalui Singapore Pools, yang secara hukum wajib dialokasikan untuk kepentingan sosial. CEO Singapore Pools, Lam Chee Weng, menyebut bahwa struktur bisnis mereka memang dirancang sejak awal untuk memastikan manfaat komunitas, dengan kontribusi tahunan lebih dari S$400 juta ke Tote Board.
Temasek Trust, yang menempati peringkat ke-12, menyumbang rata-rata US$57 juta per tahun. CEO Desmond Kuek menekankan pentingnya “modal sabar” untuk membantu organisasi nirlaba berinovasi dan tumbuh. Ia menyebut bahwa dukungan finansial harus menjembatani kesenjangan pendanaan sekaligus memperkuat ketahanan organisasi.
Lee Foundation dan Tanoto Foundation juga masuk daftar, masing-masing dengan kontribusi tahunan sebesar US$30 juta dan US$25 juta. Keempat lembaga ini menunjukkan bahwa filantropi institusional di Singapura tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga strategis dan berdampak jangka panjang.
Laporan Bridgespan juga menyoroti lingkungan regulasi yang memungkinkan lembaga seperti Tote Board dan The Hong Kong Jockey Club Charities Trust berkembang. Keduanya diwajibkan secara hukum untuk mengalokasikan pendapatan dari sektor permainan ke program sosial, menciptakan aliran dana yang stabil dan akuntabel.
Secara global, Gates Foundation memimpin dengan total donasi US$6,1 miliar selama lima tahun, diikuti oleh Wellcome Trust dan Bloomberg Family Foundation. Namun, kehadiran lembaga-lembaga Asia seperti Reliance Foundation dan Alibaba Foundation menunjukkan bahwa kawasan ini semakin aktif dalam filantropi berskala besar.
Gwendolyn Lim dari Bridgespan mencatat bahwa lembaga-lembaga ini mulai mengajukan pertanyaan strategis: “Apa nilai yang ingin kami perjuangkan? Apa yang akan kami danai—dan apa yang tidak?” Menurutnya, ini menandai fase baru dalam filantropi Asia, di mana pemberian dana menjadi lebih terarah dan bertanggung jawab.
Model Singapura menunjukkan bagaimana pemerintah, korporasi, dan organisasi nirlaba dapat berkolaborasi untuk menciptakan dampak sosial yang berkelanjutan. Di tengah tantangan pendanaan global, filantropi institusional menjadi pilar penting dalam membangun masa depan yang inklusif dan tangguh.
