Mumbai, India – Tidak semua orang lahir dalam keluarga yang membicarakan saham, reksa dana, atau return investasi di meja makan. Begitu pula dengan saya. Namun, dari seorang ibu yang sederhana, saya belajar strategi finansial paling berharga yang kini menjadi pondasi kekayaan lintas generasi keluarga saya.
Saya tumbuh besar tanpa pernah mendengar istilah seperti “mutual funds” atau “capital gains.” Ibu saya tidak pernah membaca kolom keuangan, apalagi berdiskusi soal investasi. Namun, lewat kebiasaan sehari-hari, beliau menanamkan pemahaman yang jauh lebih kuat tentang arti keamanan finansial. Tanpa istilah rumit, ia menjadi “manajer portofolio” pertama keluarga kami.
Emas Sebagai Dana Darurat
Bagi banyak keluarga India, emas dianggap simbol status. Namun, bagi ibu saya, emas adalah jaring pengaman. Godrej Almirah miliknya menyimpan bukan hanya perhiasan, melainkan juga biaya sekolah, dana darurat, hingga martabat keluarga saat kondisi keuangan sulit. Dengan harga emas kini mencapai Rs.1 lakh per 10 gram, strategi sederhana itu terbukti sebagai bentuk perlindungan yang visioner.
Menolak Godaan “Cepat Untung”
Saat saya mencoba berinvestasi di Futures & Options, saya merasakan langsung pahitnya kehilangan. Ibu saya sejak awal sudah memberi pelajaran: jangan mengejar uang cepat. Bukan karena beliau takut risiko, tapi karena memahami betapa mahalnya harga sebuah kerugian. Prinsip itu kini menjadi filosofi saya dalam bisnis—berhati-hati, realistis, dan fokus pada keberlanjutan.
Prioritas: Kebutuhan Nyata, Bukan Status
Pernah suatu ketika ayah saya mendapat bonus besar dan ingin membeli mobil baru, sementara ibu lebih memilih memperbaiki atap rumah yang bocor. Keputusan saat itu memberi saya pelajaran seumur hidup: uang bukan untuk pamer, melainkan untuk stabilitas. Dalam bisnis, prinsip ini saya terapkan dengan selalu mengutamakan investasi pada hal-hal yang menyokong pertumbuhan jangka panjang, bukan sekadar gengsi.
Tabungan Sederhana, Ajaran Abadi
Dari nenek, saya belajar bentuk lain dari “likuiditas.” Ia menyimpan uang di kaleng bekas, kantong saree, dan lemari kecil. Meski sederhana, tabungan itu selalu cukup untuk membantu orang lain tanpa bunga atau syarat. Konsep yang sama kini saya terapkan melalui rekening tabungan bunga tinggi dan instrumen fixed income, bukti bahwa kebijaksanaan lama tetap relevan di era modern.
Warisan Nilai, Bukan Hanya Aset
Generasi ibu-ibu di sekitar saya tidak mengenal istilah diversifikasi portofolio, namun mereka tahu pentingnya memastikan anak-anak mereka terlindungi. Mereka menyisihkan uang kecil, mengajar les, atau menabung demi pendidikan anak. Itu adalah bentuk nyata kepemimpinan dalam keluarga: memastikan masa depan generasi berikutnya lebih baik.
Menghubungkan Tradisi dan Teknologi
Kini saya menggunakan SIP, PPF, emas digital, dan aplikasi keuangan. Namun setiap strategi modern yang saya pilih selalu kembali pada fondasi yang diwariskan ibu dan nenek saya: kesadaran, disiplin, dan tanggung jawab. Mereka mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukan soal apa yang ditunjukkan ke dunia, melainkan apa yang diam-diam disiapkan untuk melindungi keluarga.
Pelajaran mereka adalah kepemimpinan dalam bentuk paling murni—bukan lewat pidato besar, melainkan lewat keputusan kecil sehari-hari yang membangun masa depan. Dan itulah definisi sesungguhnya dari kekayaan lintas generasi.