Sektor hulu migas terus menjadi tulang punggung upaya Indonesia menuju swasembada energi. Dalam rangka mendukung visi besar pemerintah untuk mencapai kemandirian energi, SKK Migas telah mengarahkan fokusnya pada peningkatan lifting migas melalui eksplorasi masif dan pengembangan cekungan baru. Target ambisius pemerintah, yakni produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas bumi mencapai 12 miliar kaki kubik (BCF) pada tahun 2030, menjadi pedoman bagi SKK Migas untuk mempercepat berbagai inisiatif strategis.
Indah Permatasari, Kepala Departemen Hubungan Kelembagaan SKK Migas, dalam sebuah acara di Jakarta, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 128 cekungan hidrokarbon yang menawarkan potensi besar. Namun, hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan. Saat ini, 20 cekungan telah berproduksi, sementara 19 cekungan lainnya menunjukkan indikasi keberadaan hidrokarbon. Sebanyak 68 cekungan masih belum dieksplorasi, mencerminkan besarnya peluang yang tersedia untuk pengembangan migas di masa depan.
Dua penemuan cadangan gas besar pada tahun lalu menjadi tonggak penting dalam penguatan sektor migas. Di lepas pantai Kalimantan Timur, Eni menemukan cadangan gas sebesar 5 triliun kaki kubik (TCF) di sumur eksplorasi Geng North-1. Sementara itu, Mubadala Energy mengidentifikasi cadangan hingga 6 TCF di sumur Layaran-1, memperkuat keyakinan bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung kebutuhan energi nasional. SKK Migas berharap penemuan ini dapat menarik minat lebih banyak investor global untuk berinvestasi di sektor hulu migas Indonesia.
Keberhasilan lain terlihat dari operasionalisasi 12 proyek hulu migas baru yang telah on-stream hingga akhir 2024. Proyek-proyek ini menyumbang kapasitas produksi sebesar 46.837 barel minyak per hari dan 351 juta kaki kubik gas per hari, dengan total belanja modal mencapai USD 277,4 juta. SKK Migas juga sedang mengembangkan empat Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya migas. Proyek LNG Tangguh Train 3 di Papua Barat, Lapangan Gas Asap Merah Kido, dan Blok Masela di Maluku, serta proyek Geng North di Kutai menjadi prioritas utama dalam pengembangan infrastruktur migas nasional.
Dalam prosesnya, SKK Migas berkomitmen untuk mengedepankan efisiensi operasional dan keberlanjutan lingkungan. Proyek-proyek ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi migas tetapi juga menciptakan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Dengan menerapkan teknologi mutakhir dan melibatkan kerja sama yang erat antara pemerintah, kontraktor, serta investor, SKK Migas optimis bahwa Indonesia dapat memperkuat posisi strategisnya dalam peta energi global.
Langkah-langkah yang dilakukan SKK Migas mencerminkan visi besar untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan energi domestik tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai negara yang kompetitif dalam industri migas internasional. Dedikasi untuk menciptakan ketahanan energi melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijak menjadi fondasi dalam membangun masa depan energi yang berkelanjutan.