India – Rakesh Jhunjhunwala dikenal luas sebagai “Warren Buffett India” berkat kemampuannya menggandakan modal awal Rp975.000 menjadi kekayaan lebih dari Rp94 triliun. Namun, di balik angka fantastis itu tersimpan perjalanan kepemimpinan personal yang sarat visi jangka panjang dan keberanian mengambil keputusan—dua kualitas kunci bagi pemimpin di era volatilitas tinggi.
Lahir 5 Juli 1960 dari keluarga pegawai pajak, Jhunjhunwala sejak remaja terbiasa mendengarkan diskusi ayahnya tentang pasar saham. Rasa ingin tahunya tidak berhenti pada teori; ia mendalami berita harian untuk memahami apa yang menggerakkan harga. Kebiasaan “membaca pasar” ini kemudian menjadi fondasi pola pikir berbasis data yang relevan bagi setiap eksekutif dalam merespons dinamika bisnis.
Setelah lulus akuntansi pada 1985, Jhunjhunwala tak sekadar mengejar cuan cepat. Ia menolak meminjam uang keluarga dan memilih memulai dengan modal sendiri. Keputusan itu mencerminkan integritas serta ownership—nilai yang kini menjadi tuntutan publik terhadap para pemimpin BUMN maupun swasta di Indonesia.
Langkah besarnya terlihat ketika ia membeli saham Tata Tea, meraih keuntungan tiga kali lipat hanya dalam tiga bulan. Meski terkesan agresif, riset mendalam dan disiplin portofolio tetap menjadi pegangan. Pelajaran ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara keberanian dan mitigasi risiko, sebuah kombinasi yang sering menentukan suksesnya ekspansi korporasi.
Portofolio Jhunjhunwala berkembang ke berbagai sektor, dari Nazara Technologies hingga maskapai berbiaya rendah Akasa Air. Diversifikasi tersebut menunjukkan betapa pemimpin perlu terus belajar, beradaptasi, dan berani masuk ke “zona hijau” yang belum banyak dieksplorasi, terutama ketika pasar menghadapi krisis seperti pandemi.
Di balik gaya hidup glamor, Jhunjhunwala menargetkan menyumbangkan 25% hartanya melalui filantropi dan pendidikan. Komitmen berbagi inilah yang menjadikannya figur inspiratif: kesuksesan finansial tidak memutus tanggung jawab sosial. Bagi talenta muda maupun CEO berpengalaman, pesan utamanya jelas—kepemimpinan sejati menyeimbangkan profit dengan purpose.