// Leadership Update

ASEAN Satukan Langkah Kurangi Ketergantungan Dolar: Inovasi, Integrasi, dan Kepemimpinan Finansial

August 4, 2025

Share:

Jakarta – Langkah-langkah kolektif negara-negara ASEAN untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam transaksi lintas batas semakin nyata. Dengan dukungan politik tingkat tinggi dan terobosan sistem pembayaran digital, kawasan ini tengah menjalankan transformasi strategis menuju sistem keuangan yang lebih terintegrasi, efisien, dan berdaulat.

Kesepakatan untuk memperluas penggunaan mata uang lokal secara regional telah diresmikan dalam ASEAN Economic Community Strategic Plan 2026–2030 yang diadopsi pada KTT ASEAN ke-46 di Kuala Lumpur. Di dalamnya tercantum agenda besar: memperkuat konektivitas pembayaran, mendorong penyelesaian transaksi dalam mata uang lokal, dan membuka keran investasi lintas negara lewat liberalisasi akun modal.

Nawazish Mirza, Profesor Keuangan dari Excelia Business School, menyebut langkah ini sebagai bentuk kepemimpinan ekonomi yang konkret. “Kemampuan negara-negara ASEAN untuk melakukan pembayaran langsung tanpa perantara seperti dolar AS secara nyata menurunkan biaya transaksi, mengurangi risiko nilai tukar, dan mempercepat proses penyelesaian,” ujarnya.

Salah satu pengungkit utama keberhasilan ini adalah integrasi sistem pembayaran digital berbasis QR code lintas negara, yang kini menjangkau Thailand, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Penggunaan dompet digital dan QR interoperabel membuat pembayaran lintas batas menjadi lebih cepat, murah, dan inklusif.

Joanne Lin Weiling, peneliti senior ASEAN Studies Center di ISEAS-Yusof Ishak Institute, menilai bahwa QR cross-border bukan hanya solusi teknis, tetapi juga strategi kebijakan yang memperkuat ketahanan kawasan terhadap tekanan global seperti proteksionisme dan gejolak nilai tukar.

“Ini adalah langkah strategis. Ketika teknologi dan kebijakan berjalan beriringan, hasilnya adalah integrasi regional yang nyata dan bertahan lama,” ujarnya.

Sementara itu, dukungan dari China turut memperkuat jalur dedolarisasi. Nilai transaksi lintas negara dalam yuan antara ASEAN dan China mencapai lebih dari 2 triliun yuan pada 2023, naik hampir 48 persen dari tahun sebelumnya. Bank sentral China juga telah menjalin perjanjian swap mata uang dengan berbagai negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Contoh nyata lainnya adalah Bangkok Bank yang menjadi bank pertama dari Thailand yang disetujui sebagai peserta langsung dalam sistem CIPS — infrastruktur pembayaran lintas negara berbasis yuan milik China.

Di Indonesia, kepemimpinan dalam transformasi digital diperlihatkan lewat QRIS. Diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 2019, QRIS kini telah terintegrasi lintas negara dan menjadi ujung tombak pengurangan ketergantungan terhadap dolar dalam transaksi harian.

Penggunaan QRIS yang terus diperluas ke Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina menjadikan Indonesia pionir dalam inovasi pembayaran digital regional. Tidak hanya mempermudah belanja warga di luar negeri, QRIS juga membuka ruang baru untuk UMKM terlibat dalam ekonomi lintas batas secara langsung.

Langkah ASEAN ini bukan sekadar respons terhadap dinamika global, melainkan bentuk kepemimpinan regional yang sadar akan pentingnya kedaulatan ekonomi, inklusi finansial, dan efektivitas lintas sistem. Dalam lanskap geopolitik yang makin cair, kawasan ini menunjukkan bahwa keberanian mengambil keputusan visioner adalah kunci menuju masa depan yang stabil dan berkelanjutan.