Jakarta — Paus Fransiskus memulai kunjungan bersejarahnya ke Indonesia pada Selasa (3/9), menandai kunjungan pertama seorang Paus ke negara ini sejak Paus Yohanes Paulus II datang pada tahun 1989. Kunjungan ini merupakan bagian dari tur dua minggunya di Asia Pasifik yang juga mencakup Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Umat Katolik di seluruh Indonesia menyambut kedatangan Paus dengan penuh semangat dan antusiasme.
Di Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda di Medan, Sumatera Utara, suasana saat misa Minggu lalu sangat meriah. Pastor Joseph Gultom, pemimpin gereja tersebut, menyatakan bahwa kehadiran Paus Fransiskus adalah momen yang sangat berarti bagi umat Katolik di Indonesia. “Kunjungan Paus Fransiskus adalah kesempatan langka bagi kami untuk memperkuat iman dan menunjukkan solidaritas kami sebagai bagian dari komunitas Katolik di negara yang beragam ini,” ujar Pastor Gultom.
Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, mengakui enam agama secara resmi. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, komunitas Katolik yang berjumlah sekitar 3% memiliki sejarah dan kontribusi yang signifikan dalam masyarakat. Kunjungan Paus Fransiskus adalah momen penting untuk mengakui dan merayakan keberagaman agama di Indonesia.
Rangkaian Kunjungan Paus Fransiskus
Setelah tiba di Jakarta, Paus Fransiskus akan mengunjungi beberapa tempat penting sebagai bagian dari agendanya. Di antara kunjungan tersebut adalah Masjid Istiqlal, simbol utama kerukunan antaragama di Indonesia, dan Terowongan Persahabatan yang menghubungkan masjid tersebut dengan Katedral Jakarta. Paus juga akan bertemu dengan Imam Besar Indonesia, Nasaruddin Umar, serta menghadiri pertemuan antaragama.
Puncak kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, di mana Paus akan memimpin misa akbar yang diperkirakan dihadiri oleh lebih dari 80 ribu umat Katolik. Ini adalah kesempatan langka bagi umat Katolik di Indonesia untuk bertemu langsung dengan pemimpin spiritual mereka dan merayakan iman mereka bersama-sama.
Sejarah dan Konteks di Medan
Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda memiliki sejarah yang mendalam dalam perkembangan agama Katolik di Indonesia. Dibangun pada tahun 1905 oleh para pendeta Jesuit, katedral ini awalnya melayani komunitas Belanda dan Tamil yang bekerja di perkebunan. Erwin, seorang jemaat setia, menjelaskan bahwa gereja ini telah menjadi pusat kehidupan spiritual bagi komunitas Katolik di Medan. “Katedral ini adalah bagian penting dari sejarah kami dan memiliki makna yang mendalam bagi kami. Kunjungan Paus Fransiskus adalah momen yang sangat istimewa bagi kami,” ujarnya.
Peran Kunjungan dalam Dialog Antaragama
Alexander Arifianto, peneliti senior di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam (RSIS) di Universitas Teknologi Nanyang, menilai bahwa kunjungan Paus Fransiskus ini memiliki dampak yang lebih luas dari sekadar acara religius. Menurutnya, kunjungan ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun negara ini mayoritas Muslim, ia tetap menghargai dan mempromosikan kerukunan dan pluralisme. “Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk menegaskan komitmennya terhadap toleransi beragama dan mempromosikan citra sebagai negara yang modern dan inklusif,” kata Arifianto.
Persiapan dan Pengamanan
Di Medan, persiapan untuk kedatangan Paus Fransiskus dilakukan dengan penuh perhatian. Nicholas Dharma, kepala keamanan di Katedral Maria Dikandung Tanpa Noda, menjelaskan bahwa pengamanan di gereja telah diperketat sejak insiden bom pada Malam Natal tahun 2000. “Kami telah meningkatkan pengamanan untuk memastikan acara ini berlangsung dengan aman dan lancar,” katanya.
Sekitar 2.000 jemaat dari seluruh Sumatera Utara akan melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menghadiri misa bersama Paus. Ririn Silalhi dan Yola Marpaung, dua mahasiswa sosiologi, mengungkapkan kegembiraan mereka atas kunjungan ini. “Kunjungan Paus Fransiskus adalah kesempatan yang sangat istimewa bagi kami. Kami berharap kunjungan ini dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Vatikan serta memperkuat kerukunan antaragama di tanah air,” kata Silalhi. Dengan penuh harapan dan sukacita, umat Katolik di Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus sebagai momen bersejarah yang akan memperkuat iman mereka dan memperkuat hubungan antaragama di negara yang kaya akan keragaman ini.