Jakarta – Istilah “kelas menengah” sering kali digunakan untuk menggambarkan kelompok masyarakat yang mampu hidup layak, tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki ruang untuk hiburan, tabungan, dan investasi. Menurut definisi Bank Dunia, kelompok ini mengacu pada individu atau rumah tangga dengan konsumsi bulanan sekitar Rp 4,5 juta hingga Rp 23 juta per orang. Namun, lebih dari sekadar angka, status kelas menengah mencerminkan gaya hidup, kemampuan finansial, dan pilihan karier.
Salah satu ciri yang paling menonjol adalah kepemilikan rumah. Mayoritas aset kelas menengah biasanya melekat pada properti, terutama rumah pribadi. Meski masih mencicil KPR, kondisi ini tetap menunjukkan posisi finansial yang stabil dibandingkan mereka yang harus menyewa tempat tinggal.
Kesiapan menghadapi kondisi darurat juga menjadi penanda penting. Mereka yang memiliki dana cadangan untuk menutupi kebutuhan tak terduga, mulai dari biaya kesehatan hingga kehilangan pekerjaan, menegaskan identitas kelas menengah yang relatif aman secara finansial.
Kemampuan untuk berinvestasi juga kerap menjadi pembeda. Bagi kelas menengah, penghasilan tidak hanya ditabung, melainkan diolah melalui instrumen keuangan seperti saham, reksa dana, atau properti tambahan. Kesadaran untuk menyiapkan dana pensiun sejak dini memperlihatkan pandangan jangka panjang yang matang.
Pilihan karier turut menjadi indikator. Kelas menengah umumnya memiliki keleluasaan untuk berpindah pekerjaan ketika merasa tidak puas, tanpa khawatir kehilangan sumber penghasilan sepenuhnya. Fleksibilitas ini menandakan adanya cadangan keuangan atau peluang karier lain yang terbuka.
Selain itu, utang yang dimiliki biasanya tidak menjadi beban psikologis yang berat. Meskipun terikat cicilan mobil atau pinjaman lain, mereka masih mampu mengelola pengeluaran bulanan dengan baik tanpa terjebak pada tekanan finansial.
Ciri terakhir yang tak kalah penting adalah kemampuan membiayai pendidikan tinggi bagi anak-anak. Bagi banyak keluarga kelas menengah, akses ke universitas merupakan salah satu bentuk investasi sosial-ekonomi terbesar. Hal ini bukan hanya soal biaya, tetapi juga tekad untuk memastikan generasi berikutnya memiliki peluang lebih baik.
Dengan kata lain, menjadi kelas menengah berarti lebih dari sekadar angka penghasilan. Ia mencerminkan stabilitas, pilihan, dan arah hidup yang terukur. Pertanyaannya, apakah ciri-ciri ini sudah mencerminkan kondisi Anda saat ini?