// Leadership Update

AI Jadi Penggerak Utama Transformasi Industri di Tiongkok

September 10, 2025

Share:

Beijing, Tiongkok – Dari pabrik tekstil di Suzhou hingga pusat riset di Shanghai, kecerdasan buatan (AI) kini hadir bukan sekadar sebagai alat bantu, melainkan sebagai motor utama yang menggerakkan transformasi industri Tiongkok. Teknologi ini sedang membentuk lanskap baru kepemimpinan di sektor manufaktur, menuntut visi dan strategi yang jauh melampaui pola lama.

Contoh paling nyata hadir lewat StarWeave Textile AI Agent milik China Telecom, yang mampu mengatur ketegangan benang secara real-time sekaligus mendeteksi cacat kain sejak dini. Hasilnya impresif: pengiriman tepat waktu mencapai 99 persen, produktivitas meningkat 20 persen, dan hampir sempurna dalam mengurangi cacat produksi.

Pencapaian tersebut adalah bagian dari gelombang besar Industry plus AI yang kini mendominasi agenda industrialisasi baru di Tiongkok. AI agents—sistem cerdas yang mampu mengeksekusi alur kerja kompleks tanpa campur tangan manusia terus-menerus—mulai diadopsi luas untuk fungsi mulai dari layanan pelanggan, analisis data, hingga kepatuhan regulasi.

Li Lecheng, Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok, menegaskan pada Juni lalu bahwa strategi nasional untuk mempercepat inovasi dan integrasi AI akan menjadi fondasi utama industrialisasi generasi berikutnya. Ia menekankan bahwa AI harus diposisikan sebagai penggerak inti transformasi ekonomi riil.

Xie Shaofeng, kepala insinyur kementerian tersebut, menambahkan bahwa pemerintah pusat dan daerah telah membangun 11 zona percontohan inovasi AI nasional, sekaligus pusat manufaktur untuk robot humanoid, embodied AI, dan teknologi generasi baru lainnya. Upaya ini dirancang untuk memperkuat klaster industri strategis.

Bagi Hong Qunlian dari Chinese Academy of Macroeconomic Research, peran AI dalam manufaktur bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan. “Keunggulan strategis di masa depan hanya bisa dicapai melalui pengembangan industri manufaktur berkualitas tinggi. AI-driven industrial upgrading adalah kunci lima tahun ke depan,” ujarnya.

Perspektif global pun menggarisbawahi peran Tiongkok sebagai pemimpin. Ryoji Sekido, co-CEO Accenture Asia Pacific, menyebut Tiongkok sebagai tolok ukur transformasi perusahaan di era AI. “Tidak ada tempat lain yang lebih baik untuk menyaksikan kemajuan AI selain di Tiongkok dan Shanghai. Evolusi ekosistem di sini begitu cepat dan mengesankan,” katanya.

Dengan langkah ambisius ini, Tiongkok bukan hanya menempatkan dirinya di garis depan teknologi, tetapi juga menunjukkan model kepemimpinan industri yang menginspirasi negara lain: berpikir strategis, berinvestasi jangka panjang, dan menjadikan AI sebagai inti pembangunan ekonomi.