// Leadership Update

Pelajaran Kepemimpinan dari Novel Pemenang Goodreads Historical Fiction

August 13, 2025

Share:

Jakarta – Kisah sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan cermin nilai-nilai yang relevan bagi pemimpin masa kini. Deretan novel pemenang Goodreads Historical Fiction terbukti menghadirkan lebih dari sekadar alur cerita; mereka menyuguhkan keteladanan, keberanian, dan strategi hidup yang dapat diadaptasi dalam dunia kepemimpinan modern.

Pemenang 2024, The Women karya Kristin Hannah, mengangkat kisah para perempuan yang bertugas di Vietnam, yang kontribusinya sering terabaikan. Melalui tokoh-tokohnya, kita belajar bahwa kepemimpinan lahir dari keberanian untuk berdiri tegak meski berada di garis yang tak terlihat publik, serta dari komitmen untuk membela nilai yang diyakini.

Novel seperti Weyward karya Emilia Hart atau The Vanishing Half karya Brit Bennett menekankan pentingnya memahami identitas diri dan keberagaman perspektif—dua hal krusial bagi pemimpin yang ingin membangun organisasi inklusif. Sementara The Great Alone karya Hannah mengilustrasikan ketangguhan dan kemampuan beradaptasi di tengah kondisi ekstrem.

Kisah The Underground Railroad karya Colson Whitehead, pemenang 2016 sekaligus peraih Pulitzer, menegaskan bahwa perjuangan untuk kebebasan memerlukan strategi jangka panjang, jaringan yang kuat, dan keberanian mengambil risiko besar. Demikian pula All the Light We Cannot See karya Anthony Doerr menunjukkan kekuatan empati dan kolaborasi lintas batas di tengah konflik.

Membaca novel-novel ini dapat menjadi latihan kepemimpinan yang tak kalah berharga dari seminar atau pelatihan formal. Melalui tokoh-tokoh dan konflik yang mereka hadapi, kita diajak untuk merenung, belajar dari keputusan sulit, dan mengasah kepekaan terhadap kompleksitas manusia.

Bagi pemimpin masa kini, literatur sejarah fiksi bukan hanya hiburan, tapi sumber inspirasi untuk memimpin dengan visi, empati, dan integritas.